Memaafkan, Pengaruhi Kesehatan Anda

2 min read

Memaafkan adalah salah satu perilaku yang mem buat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang. (Harun Yahya) Para peneliti meyakini bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan meningkatnya kekentalan keping- keping darah yang memicu pembekuan darah, menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar dan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, sehingga memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung. Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran agama. Meskipun banyak orang mungkin berkata bahwa mereka telah memaaf- kan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Sebab, mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini. Dan, belajar dari kesalahan yang telah diperbuat orang lain, maka mereka berusaha berlapang dada serta bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan, meski sebenarnya mereka benar dan orang lain yang salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah Swt. Dan berjalan sesuai takdir. Karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini dan tidak pernah terbelenggu oleh amarah. Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan ternyata lebih sehat, baik jiwa maupun raga. Orang- orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniah, namun juga jasmaniah. Sebagai contoh, telah dibuktikan berdasar- kan penelitian ini, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh (misalnya sakit punggung akibat stres, susah tidur, dan sakit perut) sangatlah berkurang pada orang- orang tersebut. Dalam bukunya, Forgive for Good (Maafkanlah demi Kebaikan), Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran, seperti harapan, kesabaran, dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat, dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan akan menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, mungkin Anda tidak menyadarinya. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang dapat membakar tubuh dan menjadikan sulit berpikir jernih. Sebuah artikel berjudul “Forgiveness”, yang diterbitkan oleh Healing Current Magazine edisi September- Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang tersebut, serta merusak keseimbangan emosio-nal, bahkan kesehatan jasmani mereka. Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa setelah beberapa saat, orang baru menyadari jika kemarahan itu meng- ganggu mereka, kemudian mereka berkeinginan untuk memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, mereka tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan ataupun kegelisahan, dan mereka lebih suka memaafkan diri mereka sendiri serta orang lain. Dari penelitian yang ada, semuanya menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan. Sebaliknya, memaafkan, meskipun terasa berat, namun itu akan terasa mem- bahagiakan karena menjadi satu bagian dari akhlak terpuji, dapat menghilangkan segala dampak destruktif dari kemarahan, dan membantu orang yang bersang- kutan menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, terlepas dari itu semua, tujuan sebenarnya dari memaafkan haruslah untuk mendapat- kan ridha Tuhan. Dari penelitian yang ada, semuanya menunjukkan bahwa kema- rahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan. Nama : Muhammad Fikri Atttamimi ( STEI SEBI)

AKUNTANSI MANAJEMEN

Faradibah
58 sec read

Apa itu Riba? Dasar Hukum, dan Jenisnya.

Riba adalah sebuah konsep yang memiliki signifikansi besar dalam Islam dan ekonomi Syariah.  Ini merupakan salah satu aspek yang harus dipahami dengan baik oleh umat...
Faradibah
2 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.