Akuntansi Syariah: Menyatukan Prinsip Keuangan dan Etika dalam Era Modern

1 min read

Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, prinsip-prinsip etika dan moral sering kali menjadi pusat perhatian dalam dunia bisnis. Salah satu pendekatan yang semakin relevan adalah akuntansi syariah, sebuah sistem yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek keuangan.

Namun, apa sebenarnya akuntansi syariah itu dan mengapa ia penting dalam hal bisnis modern? Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi konsep dasar akuntansi syariah, menggali prinsip-prinsipnya, dan memahami bagaimana Al-Qur’an memberikan pedoman yang jelas untuk praktik keuangan yang etis dan transparan.

Menurut ahli akuntansi syariah, akuntansi syariah adalah metode pencatatan keuangan yang mengikuti aturan-aturan Islam. Dr. Muhammad Nejatullah Siddiqi, seorang pakar ekonomi Islam, menjelaskan bahwa akuntansi syariah menghindari unsur-unsur yang dilarang dalam Islam seperti bunga, ketidakpastian, dan transaksi yang haram.

Siddiqi mengatakan bahwa akuntansi syariah bukan hanya bertujuan untuk mematuhi hukum agama, tetapi juga untuk memastikan bahwa bisnis dilakukan secara transparan, adil, dan akuntabel. Dalam dunia bisnis modern, pendekatan ini sangat penting karena membantu menciptakan praktik bisnis yang lebih etis dan berkelanjutan, serta memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat.

Al-Qur’an dengan jelas melarang praktik ini. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 275, Allah berfirman:

ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ ٱلرِّبَوٰا۟ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيْطَٰنُ مِنَ ٱلْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْبَيْعُ مِثْلُ ٱلرِّبَوٰا۟ ۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Ayat ini menggarisbawahi betapa seriusnya larangan riba dalam Islam. Dalam prakteknya, ini berarti bahwa perusahaan yang mengikuti prinsip akuntansi syariah harus menghindari pinjaman berbasis bunga dan memilih metode pembiayaan yang sesuai dengan hukum Islam, seperti mudharabah (bagi hasil) atau murabaha (jual beli dengan margin keuntungan yang disepakati).

Akuntansi Syariah bukan hanya sebuah metode pencatatan keuangan, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai moral dan etika dalam Islam. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya memastikan kepatuhan terhadap hukum syariah tetapi juga menciptakan lingkungan bisnis yang lebih adil dan transparan. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna tentang bagaimana akuntansi syariah dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari.

Oleh Abdul Furqon Luthfi Ali Mahasiswa STEI SEBI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.