Krisis Agama Di Era Milenial

1 min read

Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Hampir saja beberapa bangsa berkumpul menyerangmu sebagaimana para undangan menyantap (makanan) yang ada di piring.” Lalu ada seorang yang bertanya, “Apakah ketika itu karena kita sedikit?” Beliau menjawab, “Bahkan kalian ketika itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang ada di aliran air. Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan melemparkan ke dalam hati kalian wahn (kelemahan).” Kemudian ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu wahn?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (Hr. Abu Dawud, dan dinyatakan shahih oleh Al Albani dan Salim Al Hilali).

Dari hadits yang diriwayatkan oleh imam abu dawud tersebut, kita dapat memahami bahwa rasulullah SAW. sosok yang ucapannya maqbul dan tiada dusta telah menggambarkan kondisi umat akhir zaman sepeninggalnya. Yang menyatakan bahwa umat islam akhir zaman berjumlah sangat banyak sehingga diumpamakan seperti buih di lautan, namun sebagaimana buih di lautan itu sendiri, ia menyebar dan terombang-ambing dibawa arus ombak.

Apabila kita memperhatikan kondisi umat, benar saja yang diungkapkan rasulullah SAW. pasalnya dewasa ini umat islam tersebar di seluruh penjuru dunia hingga daerah yang terpencil sekalipun. namun mirisnya, agama yang penganutnya dapat ditemukan di setiap sudut daerah ini, mayoritasnya, agama adalah sebatas sebagai cap saja, namun tidak membaluti karakter dan tampilan seorang muslim-muslimah dimata masyarakat. Singkatnya, mereka memilih islam, namun islam itu sendiri tidak diletakkan sebagaimana semestinya, sebagai penunjuk bagi arah kehidupan, sehingga islam itu tidak menunjuki mereka dalam menjalani kehidupannya.

Sebagaimana fakta yang sedang terjadi, zaman sekarang ini adalah zaman di mana meledaknya teknologi, yang teknologi itu sendiri membantu kehidupan masyarakat dalam memenuhi pangan, kebutuhan alat rumah tangga, perlengkapan medis, berbagai macam kendaraan, hingga teknologi untuk berkomunikasi. Semua jenis teknologi tersebut bersentuhan langsung dengan kehidupan manusia, yang paling membludak dan digunakan oleh semua kalangan ialah teknologi komunikasi, yang berupa gadget dan internet di mana penggunaannya tersebar luas dan mudah untuk diakses.

Dalam perkembangan zaman maupun agama, internet yang di dalamnya termasuk media sosial, sangat cepat koneksinya dalam menyampaikan informasi keseluruh penjuru. Seharusnya melalui fakta ini dapat kita simpulkan bahwa perkembangan agama juga melesat sehingga meng-upgrade salah satu cara berdakwah. Kenyataan ini benar di beberapa kalangan, namun tidak juga menjamin, sebab tren-tren yang mendominasi dari perkembangan teknologi yang sangat cepat ini lebih terlihat dampaknya dalam mempengaruhi generasi muda untuk bersikap lebih dari batas usianya. Sehingga didapatilah pemuda pemudi islam yang belum mengenal Al-qur’an.

Luas dan beraneka ragamnya teknologi juga membuka kemungkinan besar bahwa banyak ahlul qur’an yang berbagi pengalaman, pembelajaran, hingga tips and trik dalam berinteraksi dengan alqur’an. Namun pada zaman ini, tanpa arahan dan perhatian dari orang tua yang menyadari efek samping dari perkembangan teknologi, anak-anak tidak akan terarah kan dengan baik. Padahal nya pemahaman agama hendaknya diberikan sejak dini agar pemahaman tersebut melekat dan mendarah daging yang menjadikan kualitas seorang muslim menjadi lebih kuat dan keberadaannya dapat mendominasi hingga mewarnai lingkungannya.

Dari sederet fakta di atas, kita memahami kondisi ummat pada masa ini dengan segala kemudahan yang telah terfasilitasi, maka semoga tulisan ini dapat menyadarkan kita untuk beraksi nyata yang aksi tersebut dapat memperbaiki dan menyebarluaskan pemahaman alqur’an dan agama bagi para generasi muda.

Ditulis Oleh: Aida Lutfiah (Mahasiswi STEI SEBI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.